Senin, 24 September 2018

laporan praktikum degumming CPO

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN MINYAK DAN LEMAK
DEGUMMING PADA CPO


Disusun oleh:
                   NAMA: ZAMIRATUL AINI
                   NIM     : J1A115067
                   SHIFT : SATU





JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017




BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses  produksi  kelapa  sawit  (PKS)  dimulai  dengan  mengelolah  bahan baku  sampai  menjadi  produk.  yang  bahan  bakunya  adalah  tandan  buah  segar (TBS)  kelapa  sawit.  Proses  pengolahan  TBS  kelapa  sawit umumnya bertujuan untuk memperoleh minyak dengan kualitas yang baik. tingkat keasaman  yang  rendah,  dan  minyak  yang  mudah  dipucatkan.  Proses  tersebut cukup panjang dan memerlukan control yang cermat, dimula dari pengangkutan TBS atau brondolan  dari tempat pengangkutan  hasil sampai dihasilkan  minyak sawit dan hasil sampingan lainnya seperti inti sawit (kernel)
Pada prinsipnya proses pengolahan kelapa sawit adalah proses ekstraksi CPO secara mekanis dari TBS kelapa sawit yang diikuti dengan proses pemurnian. Secara keseluruhan  proses tersebut  terdiri dari beberapa  tahaproses  yang berjalan secara sinambung  dan  terkait  satu  sama  lain.  Kegagalan  pada  satu  tahap  proses  akan berpengarulangsung pada proses beerikutnya.  Oleh karena itu, setiap tahap proses harus dapat berjalan  dengan  lancar  sesuadengan  norma-norma  yang ada.  Adapun unit-unit prosesnya meliputi stasiun sterilisasi (perebusan), stasiun penebahan, stasiun presan, stasiun pemurnian minyak, stasiun pengolahan biji dan inti.
Proses  pemurni bertujuan   untuk  menghilangka gum,  impuritis produk oksidasi (aldehid), mengurangi asam lemak bebas yang terdapat pada CPO. Pemurnian CPO terdiri dari beberapa tahap, yaitu degumming, netralisasi, bleaching, deodorisasi dan fraksinasi.
Degumminmerupakan proses yang bertujuan untuk menghilangkan  kotoran seperti logam-logam dan getah atau lendir yang terdapat dalam minyak berupa phospatida, protein, karbohidrat dan resin tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam minyak. CPO dipanaskan dalam tangki degumming, sampai suhu 60oC menggunakan koil pemanas sambil diaduk. Proses degumming dilakukan dengan menambahkan  asam  phospat  yang  akamengikat  phospatida  yang  terdapat  dalam minyak. Kebutuhan H3PO4  sebanyak 0,05-0,1% dari umpan CPO dengan konsentrasi 85% dan kebutuhan air sebanyak 75% dari jumlah pospatida dalam CPO. Pengadukan yang terus-menerus di dalam tangki bertujuan untuk menghilangkan  gum. Proses ini akan mempermudah penghilangan gum pada proses penyaringan berikutnya sehingga ukura deodorize tida terlal besar Selanjutnya    geta dipisahka dengan menggunakan sentrifugasi.
Pada praktikum ini dilakukan pemurnian minyak dengan menggunakan H3PO4  untuk menghilamgkan getah dan gum yang terdapat pada minyak sawit kasar. Degumming dilakukan dengan penambahan H3PO4 sebanyak 0,15% dari minyak sawit kasar (CPO) pada suhu 80oc hingga gum menggumpal dan membentuk endapan. Selanjutnya dilakukan sentrifugasi untuk memisahkan minyak dan gum. Selanjutnya minyak setelah desentrifius dilakukan penambahan air panas dengan suhu 8oc diatas suhu CPO. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan komponen polar yang masih tertinggal pada minyak. Selanjutnya dilakukan pemisahan air dengan sentrifius.
1.2 Tujuan
            Praktikum ini bertujan untuk menghilangkan gum pada minyak sawit kasar atau Crude Palm Oil (CPO) dengan metode degumming.













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Crude Palm Oil
Minyak kelapa sawit yang dihasilkan dari proses pengepresan masih disebut minyak sawit kasar (CPO/Crude Palm Oil). Selain CPO, kelapa sawit menghasilkan PKO (Palm Kernel Oil). Produksi CPO Indonesia terus meningkat dengan  laju sekitar 6% tahun. Indonesia mampu memproduksi CPO sebesar 25,4 juta ton sepanjang tahun 2012 dengan luas total perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang mencapai  9,5 juta hektar (Ha) (Nurmayanti, 2013).
CPO bersifat setengah padat pada suhu kamar, dengan titik cair antara 40-70 oC, berwarna kuning jingga karena mengandung pigmen karotenoida. Berdasarkan perbedaan titik cairnya CPO dibagi menjadi 2 (dua) fraksi besar, yaitu fraksi olein (ringan) berbentuk cair yang mengandung asam lemak jenuh, dan fraksi stearin (berat) yang berbentuk padat yang mengandung asam lemak tak jenuh pada suhu kamar (Serlahwaty, 2007).
 Minyak sawit, selain mengandung komponen utama trigliserida (94%), juga mengandung asam lemak bebas (3-5%) dan komponen non trigliserida yang jumlahnya sangat kecil (1%), termasuk karotenoida, tokoferol, tokotrienol, sterol, triterpen alkohol, fosfolipida, glikolipida, dan berbagai komponen trace element. Minyak kelapa sawit banyak mengandung lemak, asam lemak, karotenoida dan tokoferol. Komponen penyusun minyak sawit terdiri dari trigliserida dan non trigliserida (Tambun, 2002).
 Asam-asam lemak penyusun trigliserida terdiri dari asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam-asam lemak jenuh yang mengandung sekitar 47-48 %, dan mempunyai ikatan tunggal. Sedangkan asam-asam lemak tak jenuh yang mengandung sekitar 52-53 %, dan mempunyai ikatan rangkap (Kuswardhani, 2007).
2.2 Degumming
Degumming  (pemisahan  gum) merupakan  suatu proses pemisahan getah atau lendir yang terdiri dari fosfolipid, protein, residu, karbohidrat, air dan resin. Biasanya proses ini dilakukan dengan cara dehidrasi gum atau kotoran lain agar supaya  bahan  tersebut  lebih  mudah  terpisah  darminyak,  kemudian  disusul dengan proses pemusingan (sentrifusi) (Ketaren 1986). Komponen-komponen fosfatida membentuk lendir (gum) pada CPO dan tidak dikehendaki karena trigliserida yang akan terhidrasi sehingga menimbulkan emulsi pada saat pengolahannya,  mempersulit  adsorbsi  tanah  pemucat.  Fosfatida  yang  terlarut dalam  minyak  dapat  dipisahkan  dengan  menyalurkan  uap  air  panas  kdalam minyak sehingga terpisah dari minyak, sedangkan fosfatida yang tidak larut air dapat dipisahkan dengan penambahan Asam Phospat (H3PO4).
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk proses pemisahan gum antara lain adalah pemisahan  gum dengan cara pemanasan,  dengan penambahan  asam (H3PO4, H2SO4 dan HCl), pemisahan gum dengan NaOH, pemisahan gum dengan cara  hidrasi  dan  pemisahan  gum  dengan  pereaksi  khusus  seperti  asam  fosfat, natrium  chlorida  (NaCl)  dan  Natrium  Phospat  (Na3PO4).  Proses  degumming dengan menggunakan asam an organik adalah proses lazim dilakukan, pengaruh yang  ditimbulkan  oleh  asam  adalah  terbentuknya  gumpalan  sehingga mempermudah pengendapan kotoran. Pemberian Asam fosfat sebagai degumming agent karena dapat menurunkan bilangan peroksida minyak yang telah dipucatkan dan dapat meningkatkan kestabilan warna, akan tetapi semakin tinggi kadar asam fosfat   yang   digunaka mak bilangan   peroksid dari   minyak   yang   telah dipucatkan  akan semakin  meningkat.  Proses  degumming  menggunakan  NaOH, maka  partikel  yang  terbentuk  akan  menyerap  lendir  dan  sebagian  pigmen. Kelemahan  proses  ini adalah  terbentukknya  emulsi  sabun  sehingga  kehilangan minyak netral akan bertambah besar.
Minyak   sawit   kasa mengandung   berbagai   jenis   fosfatid seperti phosphatidyl choline (PC), Phosphatidyl inositol (PI), phosphatidyl ethanolamine (PE),   phosphatidic   acid  (PA)  dan  phytosphingolipids.   Tingkat   hidras dari fosfatida ini bervariasi pada suhu 800CDegumminmerupakan proses yang bertujuan untuk menghilangkan  kotoran seperti logam-logam dan getah atau lendir yang terdapat dalam minyak berupa phospatida, protein, karbohidrat dan resin tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam minyak. CPO dipanaskan dalam tangki degumming, sampai suhu 60oC menggunakan koil pemanas sambil diaduk. Proses degumming dilakukan dengan menambahkan  asam  phospat  yang  akamengikat  phospatida  yang  terdapat  dalam minyak. Kebutuhan H3PO4  sebanyak 0,05-0,1% dari CPO dengan konsentrasi 85% dan kebutuhan air sebanyak 75% dari jumlah pospatida dalam CPO. Pengadukan yang terus-menerus di dalam tangki bertujuan untuk menghilangkan  gum. Proses ini akan mempermudah penghilangan gum pada proses penyaringan berikutnya sehingga ukura deodorize tida terlal besar Selanjutnya    geta dipisahka dengan menggunakan sentrifugasi. (.Ketaren S. 1986.)
Proses degumming dilakukan dengan memanaskan minyak pada suhu 70-80oC setelah ditambahkan asam fosfat (H3PO4) 0.3-0.4 persen (b/b) dengan konsentrasi 20- 60 persen (b/b). Sebelum netralisasi minyak diberi perlakuan dengan 0.02-0.5 persen asam fosfat pada suhu 60-90oC selama 15-30 menit, membuat fosfatida yang kurang larut dalam minyak menjadi lebih mudah dihilangkan. (Naibaho PM. 1998)
2.3 Asam fospat
Asam fosfat, cairan  yang tidak berwarna  dan tidak berbauTermasuk  dalam foo grade   denga konsentras 8 perse umumny digunaka dala proses pemurnian  minyak  sawit.  Asam  fosfat  lebih  disukai  penggunaannya  olerefiner minyak sawit di Malaysia karena biayanya yang lebih murah dan penanganannya lebih mudah. Penambahan  asam  fosfasebelum  netralisasi  ke dalam minyak yang mengandung fosfatida yang nonhydratable umum dipraktekan untuk menjamin  bahwa  semua  gum  telahilang  selama  deasidifikasi.  Hidrasi  dilakukan untuk membuat fosfatida menjadi tidak larut dalam minyak. (Moraet al. 2006).
2.3 Fosfatida
Minyak   dan   lema yan tela dipisahkan   dari   jaringan   asalnya mengandung sejumlah kecil komponen selain trigliserida yaitu fosfolipid atau fosfatida,  sterol,  asam lemabebas, lilin, pigmeyang larut dalam lemak  dan hidrokarbon  (Ketaren  1986).  Kompleks  ester  yang  mengandung  fosfor,  basa nitrogen, gula-gula dan rantai panjang asam lemak disebut fosfolipid. Fosfolipid dalam minyak banyak mengandung sejumlah fosfatida yaitu lesitin dan cepalin. Fosfatida-fosfatida dalam minyak merupakan ester asam lemak dengan lemak, dimana pada saat yang sama juga membentuk  ester dengan asam fosfor. Asam fosfor juga membentuk ikatan dengan basa nitrogen atau gula dan kation-kation seperti magnesium, kalsium dan sodium (Patterson 1992)
Menurut Macrae et al., (1991) fosfolipid merupakan senyawa yang mengandun gliserol, sphingosin,  satu atau dua rantai hidrokarbon  dan fosfor. Bila yang bertindak sebagai dasar adalah gliserol maka disebut gliserofosfolipid, sedangkan bila sphingosin disebut sphingolipit Jenis fosfatida tergantung dari sumber fosfatida tersebut. Fosfatida dalam minyak yang berasal dari tanaman terdiri dari lesitin dan sefalin. Beberapa fosfatida utama adalah phosphatidylcholine (PC) atau yang sering disebut lesitin, phosphatidyletholamine  (PE) dengan nama umum sefalin, Nacylphosphatidyethanoamin(NAPE), phosphatidyl serine (PS), phospha tidylinositol (PI),   phosphatidic  acid (PA), phosphatidyl glycerol (PG), plas mologen (PM), diphosphatidyl glycerol (DPG), lyso-phosphatidylcholine (LPC), lyso-phosphatidylethanolamine  (LPE) (Marcrae, et. al. 1991)
Lesitin mempunyai bagian yang larut dalam minyak dan bagian yang mengandun PO43+    (polar)   yang   larut   dalam   air  (Winarno   1988).   Lesitin merupakan  substansi  yang  tidaberwarna,  jernih  seperti  parafin.  Apabila  ada panas atau cahaya maka lesitin cepat berubah menjadi orange atau coklat gelap (Djatmikdan Widjaja 1984). Lesitin banyak digunakadalam produk pangan, farmasi, kosmetik dan pada produk industri lainnya (Peterson dan Johnson 1978). Sefalin merupakan padatan yang tidak berwarna, tetapi seperti halnya lesitin akancepat berubah  menjadi  gelap sampai  merah kecoklatan  bila terkena panas atau cahaya (Djatmiko dan Widjaja  1984)
Menurut Torrey (1983), fosfatida terdiri dari dua golongan yaitu fosfatida hydratable   dan  fosfatida  non  hydratable Kompone terbesar  dari  fosfatida hydratable adalah lesitin sedangkan fosfatida non hydratable terdiri dari sefalin, garam kalsium dan magnesium dari phosphatidic acid.
Fosfatida hydratable dapat dengan mudah dihilangkan dari minyak dengan menggunakan  air atau uap. Pemisahan  fosfatida  non hydratable  biasanya  lebih sulit, membutuhkan perlakuan dengan asam untuk mengubahnya menjadi bentuk yang hydratable.  Fosfatida hydratable  berbentuk lendir dengan berat jenis yang lebih besar dari minyak dan berwujud seperti jonjot (Brekke 1976).
2.4 Rendemen
Rendemen secara umum didefinisikan sebagai persen jumlah yang dapat dimanfaatkan dari jumlah keseluruhan. Rendemen kelapa sawimenunjukkan berapa kandungan minyak sawiyang berada didalam buah sawit atau TBS. Agar jumlah rendemen dalam kelapa sawit tidak berkurang maka harus dilakukan kontol saat pemanena, distribusi dan pengolahan di pabrik.
Jumlah rendemen dipengaruhi oleh tingkat kematangan buah kelapa sawit, proses pengangkutan tandan buah segar ke pabrik pengolahan, lama waktu antara pemanenan dan pengolahan serta cara pengolahan.























BAB III
METODOLOGI
3.1  Waktu  dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada hasi Selasa, 17 Oktober 2017 di Laboratorium Teknologi Lemak Minyak jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jambi
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah hot plate, batang pengaduk, sentrifius, elemeyer, gelas piala, gelas ukur dan lain-lain.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah CPO, asam fospat, air dan lain-lain.
3.3 Proserur kerja
Praktikum ini dilakukan dengan cara: CPO dipanaskan hingga suhu 80oc, kemudian ditambahkan asam fospat 85% sebanyak 0,15%, selanjutnya diaduk dengan kecepatan 56 rpm selama 15 menit, setelah itu disentrifugasi selam 2 menit dengan kecepatan 4000 rpm. Kemudian, minyak dipisahkan dari endapannya, setelah itu  ditambahkan air panas bersuhu 8oc diatas suhu CPO sebanyak 10% dari berat CPO, selanjutnya disentrifugasi selama 2 menit dengan kecepatan 4000 rpm. Selanjutnya minyak dipisahkan dari endapannya dan disimpan









Diagram alir:
endapan  
 
endapan 
 















BAB  IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil
Tabel 1. Hasil degumming

Berat Awal
Berat Akhir
Rendemen
CPO
1060 gram
810 gram
76,4%
TBS
10.000 gram
 810 gram                                 
8,1%

Perhitungan rendemen:
1.      Rendemen CPO
Rendemen = berat awal / berat akhir X 100%
                  = 810/1060X100%
                  = 76,4%
2.      Rendemen  TBS
 Rendemen = berat awal / berat akhir X 100%
                  = 810/10.000X100%
                  = 8,1%

4.2 pembahasan
            Pada praktikum ini dilakukan proses pemurnian CPO yaitu proses degumming . menurut  Ketaren S. (1986.) Degumminmerupakan proses yang bertujuan untuk menghilangkan  kotoran seperti logam-logam dan getah atau lendir yang terdapat dalam minyak berupa phospatida, protein, karbohidrat dan resin tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam minyak.
            Menurut Yernisa (2013) degumming harus dilakukan sebagai tahap awal pemurnian minyak sebelum netralisasi karena :1) Akan sulit memisahkan sabun dari minyak karena adanya komponen fospatida, 2) Netralisasi pada minyak yang masih mengandung gum menyebabkan rendemen dari minyak tersebut turun. 3) adanya hasil sampingan berupa pospatida yang bermanfaat jika dilakukan degumming.
            Degumming  dilakukan dengan cara menambahkan asam fospat ke dalam CPO bersuhu 80oc. Menurut  Ketaren S. (1986.) degumming dilakukan pada suhu 60oc, sedangkan menurut Naibaho (1998) degumming dilakukan pada suhu 60-80oc. pemasan pada proses degumming  bertujuan untuk mempercepat reaksi penggumpalan gum oleh asam fospat sehingga mudah dipisahkan. menurut Gunstone (2004) salah satu cara untuk mempercepat suatu reaksi kimia adalah dengan meningkatkan suhu reaksi karena ikatan kimia antar molekul akan lebih mudah terputus saat suhu tinggi sehingga waktu reaksi lebih singkat.
            Pada proses degumming dilakukan penambahan asam fosfat. Menurut Deni (2009) asam fosfat dapat digunakan  pada proses degumming karena layak untuk dimakan dan dapat mengikat logam berat asam fospat  sangat baik digunakan sebagai degumming agent Jika penggunaan  asam fospat terlalu tinggi  dapat meningkatkan kadungan asam  fospat pada minyak menjadi tinggi sehingga tidak dapat dihilangkan pada proses  bleaching.  Sedangkan jika penggunaan asam fospat terlalu sedikit dapat mengakibatkan gum di dalam minyak tidak terpisah secara maksimal sehingga mutu minyak menurun.
Pada praktiku ini dilakukan penambahan asam fospat sebanyak 0,15% dari berat CPO. Menurut   Nanci  (1998) proses degumming dilakukan dengan penambahan  asam fosfat 85% dengan jumlah asam fosfat 0,09 %(v/w).sedangkan menurut Yernisa (2013) penambahan asam fospat pada  proses degumming sebanyak sebanyak 0,05-0,1% dari berat  CPO.
Setelah dilakukan penambahan asam posfat  sehingga terbentuk endapan berupa gumpalan gum  dilakukan pemisahan dengan cara sentrifugasi sehingga didapatkan gum dan minyak yang telah bersih dari gum. Sentrifugasi dilakukan selama 2 menit dengan kecepatan 4000 rpm.
Setelah dilakukan pemisahan dengan sentifugasi ditambahkan air panas bersuhu 8oc sebanyak 10% dari minyak. Penambahan air ini bertujuan untuk melarutkan komponen polar yang terdapat dalam minyak. Penambahan air ini akan membentuk lapisan dibawah minyak karena berat jenisnya yang lebih besar daripada  minyak. Untuk memisahkan air dan minyak tersebut dapat dilakukan proses sentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 2 menit. Setelah itu, minyak dipisahkan dari endapannya yang berupa air dan semyawa senyawa polar yang terdapat dalam minyak.
Minyak yang di dapat setelah proses degumming  masih disebut CPO karena masih terdapat banyak komponen pengotor dalam minyak. CPO  ini dapat dijadikan sebagai acuan menghitung rendemen.Rendemen secara umum didefinisikan sebagai persen jumlah yang dapat dimanfaatkan dari jumlah keseluruhan. Rendemen kelapa sawimenunjukkan berapa kandungan minyak sawiyang berada didalam buah sawit atau TBS .( Peterson. 1987.)
Penghitungan rendemen dapat dilakukn dengan cara menghitung perbandingan jumlah CPOdengan jumlah bahan baku (buah sawit segar) dikali 100%. Penghitungan rendemen bertujuan untuk mengetahui mutu dari minyak yang dihasilkan oleh suatu pabrikselain itu penghitungan rendemen juga berguna untuk menjadi acuan produktivitas yang harus dilakukan suatu pabrik kelapa sawit.(Bonnie ,2006)
Pada praktikum ini diperoleh rendemen sebanyak  8,1% dari TBS dan 74,6% dari jumlah minyak hasil pengepresan. Menurut Basiron (2005) reedmen dari buah kelapa sawit berkisar antara 20-25%. Seadangakan meurut Riyadi (2009) berkisar antara 18-26% .
 Menurut Widarta (2008) rendahnya rendemen disebabkan oleh tingkat kematangan buah yang tidak maksimal, lamanya penumpukan buah sehingga minyak teroksidasi, alat yang kurang tepat sehingga minyak tidak dapat diekstra secara maksimal tetapi tertinggal diampas, selain itu menurut Elisabet (2009) rendahnya angka rendemen disebabkan oleh proses perebusan yang kurang maksimalsehingga daging buah tidak lunak dengan maksimal












BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
            Dari praktikum ini dapat disimpulkan degumming  (pemisahan  gum) merupakan  suatu proses pemisahan getah atau lendir yang terdiri dari fosfolipid, protein, residu, karbohidrat, air dan resin. Biasanya proses ini dilakukan dengan cara dehidrasi gum atau kotoran lain agar supaya  bahan  tersebut  lebih  mudah  terpisah  darminyak,  kemudian  disusul dengan proses pemusingan (sentrifusi).
Pada praktikum ini diperoleh rendemen sebanyak 74,6 % dari CPO dasil pengepresan atau sebesar 8,1% dari TBS. Rendahnya rendemen mungkin disebabkan karena banyaknya gum yang terbawa kedalam minyak pada saat pengepresan
















DAFTAR PUSTAKA
BasironY. 2005. Palm Oil. Baileys Inaustrial  Oil and Fat Products: Ed ke 6 Volume ke-2 Edible Oil and Fat Products: Edible Oil. Hoboken. JohnWtle~ & Sons, Inc.
Bonnie yp  .& Gwedline     ECL. 2006 Identification of lutem m crudepalm oil and  evaluationof carotenoidsat variousripening   stages of the oil palm fruit. Oil Palm Res. 18:189-197
Brekke, O.L. 1976. Handbook of Soy Oil Processing and Utilization. AOCS Champaign, Illinois.
 Deni, sumarna. 2006. Kajian proses degumming CPO ( Crude Palm Oil) dengan Membran Ultrafiltrasi (tesis). Bogor. Institut Pertanian Bogor
ElisabethB. 2009. Analytical characteristics  of crude and refined  palm  oil and  fractions.  Eur J Lipid Sci Technol l09:373-379.
Gunstone FD. 2002. Vegetable  Oils In Food Technology: Composition, Properties and Uses. Paris. Black well Publishing.
Jatmika  A,  Guritno  P,  Nuryanto  E.  1996.  Ketahanan  Simpan  Minyak  Sawit Merah. J Penelitian Kelapa Sawit. 4(3):147-161.
KetarenS. 2006.  Minyak dan Lemak Pangan.Jakarta. Universitas Indonesia Press. Macrae 1991. Palm oil carotenoid:  chemistry  and  technology.  Proc.  Of  Int.  Palm  Oil  Conf. PORIM, Kuala Lumpur.
Morad , Widyastuti YE, Satyawibawa I dan Hartono R. 2006. Kelapa Sawit Budi Daya,  Pemanfaatan  Hasil  dan Limbah,  Analisis  Usaha  dan Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya.
Naibaho, P.M dan B. Taniputra. 1986. Penanganan Pasca Panenyee Tandan  sebagai Bahan Olahan Pabrik Kelapa Sawit. Buletin Perkebunan Vol. 17, No. 2, Juni 1986. Medan.
Nurmayanti. 2013. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit dan Produk Turunannya. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
Serlahwati g. 2007. Vegetable Oils In Food Technology: Composition, Properties and Uses. Paris. Blackwell Publishing.
Widarta IWR. 2008.  Kendali proses pemurnian minyak sawit merah skala pilot   plant   [Thesis].     Bogor:    Program Pascasarjana,  Institut Pertanian Bogor.
Yernisa. 2013. Materi Kuliah Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Jambi. Universitas Jambi


LAMPIRAN

Gambar 3 CPO ditimbang
 
Gambar 2 CPO dicairkan
 
Gambar 1 CPO
 
                                    

Gambar 6 pemanasan CPO
 
Gambar 5 pemanasan CPO
 
Gambar 4 pemanasan CPO
 
                

Gambar 9 sentrifugasi
 
Gambar 8 sentrifugasi
 
Gambar 7 CPO + asam fospat
 
                         

Gambar 13 CPO
 
Gambar 11 endapan
 
Gambar 10 pemisahan CPO dan endapan
 
                      

                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar