LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN MINYAK DAN
LEMAK
“DEGUMMING PADA CPO”

Disusun
oleh:
NAMA: ZAMIRATUL AINI
NIM : J1A115067
SHIFT : SATU
JURUSAN
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS
TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses
produksi
kelapa
sawit
(PKS) dimulai dengan mengelolah bahan baku sampai menjadi produk.
yang bahan bakunya
adalah
tandan
buah
segar (TBS) kelapa sawit.
Proses
pengolahan
TBS kelapa sawit umumnya bertujuan untuk memperoleh minyak dengan kualitas yang
baik. tingkat keasaman yang rendah, dan
minyak yang
mudah dipucatkan. Proses tersebut cukup panjang dan memerlukan control
yang cermat, dimula
dari pengangkutan TBS atau brondolan dari tempat
pengangkutan hasil
sampai dihasilkan minyak sawit dan hasil sampingan
lainnya seperti inti sawit (kernel)
Pada
prinsipnya proses pengolahan kelapa sawit adalah proses ekstraksi CPO secara mekanis dari
TBS kelapa sawit yang diikuti dengan proses pemurnian. Secara keseluruhan
proses tersebut terdiri dari beberapa tahap proses
yang berjalan secara sinambung
dan terkait
satu
sama lain. Kegagalan
pada satu tahap
proses akan berpengaruh langsung pada proses beerikutnya. Oleh karena itu, setiap tahap proses harus dapat berjalan dengan lancar
sesuai dengan norma-norma yang ada.
Adapun unit-unit prosesnya meliputi stasiun sterilisasi (perebusan), stasiun penebahan, stasiun
presan, stasiun pemurnian minyak, stasiun pengolahan biji dan inti.
Proses
pemurnia bertujuan untuk
menghilangkan gum, impuritis, produk oksidasi (aldehid), mengurangi asam lemak bebas
yang terdapat pada CPO. Pemurnian CPO terdiri dari beberapa tahap, yaitu degumming, netralisasi, bleaching, deodorisasi dan fraksinasi.
Degumming merupakan proses yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran seperti logam-logam dan
getah atau lendir yang terdapat dalam minyak berupa phospatida, protein, karbohidrat dan resin tanpa mengurangi jumlah asam lemak
bebas dalam minyak. CPO dipanaskan dalam tangki degumming, sampai suhu 60oC menggunakan koil
pemanas sambil diaduk. Proses degumming dilakukan dengan menambahkan asam
phospat
yang akan mengikat
phospatida yang terdapat
dalam minyak. Kebutuhan H3PO4 sebanyak 0,05-0,1% dari umpan CPO dengan konsentrasi 85% dan kebutuhan air sebanyak 75% dari
jumlah pospatida dalam CPO. Pengadukan
yang terus-menerus di dalam tangki bertujuan untuk menghilangkan
gum. Proses ini akan mempermudah penghilangan gum pada proses penyaringan berikutnya sehingga ukuran deodorizer tidak terlalu besar. Selanjutnya getah dipisahkan dengan menggunakan sentrifugasi.
Pada
praktikum ini dilakukan pemurnian minyak dengan menggunakan H3PO4 untuk menghilamgkan getah dan gum yang terdapat
pada minyak sawit kasar. Degumming dilakukan
dengan penambahan H3PO4 sebanyak 0,15% dari
minyak sawit kasar (CPO) pada suhu 80oc hingga gum menggumpal dan membentuk endapan. Selanjutnya dilakukan
sentrifugasi untuk memisahkan minyak dan gum.
Selanjutnya minyak setelah desentrifius
dilakukan penambahan air panas dengan suhu 8oc diatas suhu CPO. Hal
ini bertujuan untuk menghilangkan komponen polar yang masih tertinggal pada
minyak. Selanjutnya dilakukan pemisahan air dengan sentrifius.
1.2 Tujuan
Praktikum
ini bertujan untuk menghilangkan gum pada
minyak sawit kasar atau Crude Palm Oil (CPO) dengan metode degumming.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Crude Palm Oil
Minyak kelapa sawit yang dihasilkan dari
proses pengepresan masih disebut
minyak sawit kasar (CPO/Crude Palm Oil). Selain CPO, kelapa sawit menghasilkan PKO
(Palm Kernel Oil). Produksi CPO Indonesia terus meningkat dengan laju sekitar 6% tahun. Indonesia mampu
memproduksi CPO sebesar 25,4 juta ton sepanjang tahun 2012
dengan luas total
perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang mencapai
9,5 juta hektar (Ha) (Nurmayanti, 2013).
CPO bersifat setengah padat pada suhu kamar, dengan titik cair antara 40-70 oC, berwarna kuning jingga karena mengandung pigmen karotenoida.
Berdasarkan perbedaan titik cairnya CPO
dibagi menjadi 2 (dua) fraksi besar, yaitu fraksi olein (ringan) berbentuk
cair yang mengandung asam lemak jenuh, dan fraksi stearin (berat) yang berbentuk padat yang mengandung asam lemak tak jenuh
pada suhu kamar (Serlahwaty, 2007).
Minyak sawit, selain mengandung komponen utama trigliserida (94%), juga mengandung
asam lemak bebas (3-5%)
dan komponen non trigliserida yang
jumlahnya sangat kecil (1%), termasuk
karotenoida, tokoferol, tokotrienol, sterol, triterpen alkohol, fosfolipida, glikolipida, dan berbagai komponen trace element. Minyak
kelapa sawit banyak mengandung lemak, asam lemak, karotenoida dan tokoferol. Komponen
penyusun minyak sawit
terdiri dari trigliserida dan non trigliserida (Tambun, 2002).
Asam-asam lemak penyusun
trigliserida terdiri dari asam lemak jenuh dan
asam lemak tak jenuh. Asam-asam lemak jenuh yang mengandung
sekitar 47-48 %, dan mempunyai ikatan tunggal. Sedangkan asam-asam lemak tak jenuh yang mengandung sekitar
52-53 %, dan mempunyai
ikatan rangkap (Kuswardhani,
2007).
2.2 Degumming
Degumming (pemisahan gum) merupakan
suatu proses pemisahan getah atau lendir yang terdiri dari fosfolipid, protein, residu, karbohidrat, air
dan resin.
Biasanya proses ini dilakukan
dengan cara dehidrasi
gum atau kotoran lain agar supaya bahan tersebut lebih mudah
terpisah dari minyak,
kemudian disusul dengan proses
pemusingan (sentrifusi) (Ketaren 1986).
Komponen-komponen
fosfatida membentuk lendir (gum) pada CPO dan
tidak dikehendaki karena trigliserida yang akan terhidrasi sehingga menimbulkan emulsi pada saat pengolahannya, mempersulit
adsorbsi
tanah
pemucat.
Fosfatida yang
terlarut dalam minyak dapat dipisahkan dengan
menyalurkan
uap
air panas
ke dalam minyak sehingga terpisah
dari minyak, sedangkan fosfatida yang tidak larut air dapat dipisahkan dengan penambahan Asam Phospat (H3PO4).
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk proses pemisahan gum antara lain adalah pemisahan gum dengan cara pemanasan, dengan penambahan
asam (H3PO4, H2SO4 dan HCl), pemisahan gum dengan NaOH, pemisahan gum dengan cara hidrasi
dan pemisahan gum dengan
pereaksi
khusus
seperti asam fosfat,
natrium chlorida (NaCl)
dan
Natrium Phospat (Na3PO4).
Proses
degumming
dengan menggunakan asam an organik adalah proses lazim dilakukan, pengaruh yang ditimbulkan
oleh
asam adalah terbentuknya gumpalan sehingga mempermudah pengendapan kotoran. Pemberian Asam fosfat sebagai degumming agent
karena dapat menurunkan bilangan peroksida minyak yang telah dipucatkan
dan dapat meningkatkan kestabilan warna, akan tetapi semakin tinggi kadar asam fosfat yang
digunakan maka bilangan peroksida dari minyak yang telah
dipucatkan
akan semakin
meningkat. Proses degumming menggunakan NaOH, maka partikel yang terbentuk akan
menyerap lendir dan sebagian pigmen.
Kelemahan
proses ini
adalah terbentukknya emulsi sabun sehingga kehilangan minyak netral akan bertambah besar.
Minyak sawit
kasar mengandung berbagai jenis fosfatida seperti phosphatidyl choline (PC), Phosphatidyl inositol (PI),
phosphatidyl ethanolamine
(PE), phosphatidic acid
(PA) dan phytosphingolipids. Tingkat
hidrasi dari fosfatida ini bervariasi pada suhu 800CDegumming merupakan proses yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran seperti logam-logam dan
getah atau lendir yang terdapat dalam minyak berupa phospatida, protein, karbohidrat dan resin tanpa mengurangi jumlah asam lemak
bebas dalam minyak. CPO dipanaskan dalam tangki degumming, sampai suhu 60oC menggunakan koil
pemanas sambil diaduk. Proses degumming dilakukan dengan menambahkan asam
phospat
yang akan mengikat
phospatida yang terdapat
dalam minyak. Kebutuhan H3PO4 sebanyak 0,05-0,1% dari CPO dengan konsentrasi 85% dan kebutuhan air sebanyak 75% dari
jumlah pospatida dalam CPO. Pengadukan
yang terus-menerus di dalam tangki bertujuan untuk menghilangkan
gum. Proses ini akan mempermudah penghilangan gum pada proses penyaringan berikutnya sehingga ukuran deodorizer tidak terlalu besar. Selanjutnya getah dipisahkan dengan menggunakan sentrifugasi. (.Ketaren S. 1986.)
Proses degumming dilakukan dengan memanaskan minyak pada suhu 70-80oC setelah ditambahkan asam fosfat (H3PO4) 0.3-0.4 persen (b/b) dengan konsentrasi 20- 60
persen (b/b). Sebelum netralisasi minyak diberi perlakuan dengan 0.02-0.5 persen asam fosfat pada suhu 60-90oC selama 15-30 menit, membuat fosfatida yang kurang larut dalam minyak menjadi lebih mudah dihilangkan.
(Naibaho PM. 1998)
2.3 Asam
fospat
Asam fosfat, cairan
yang tidak berwarna dan tidak berbau. Termasuk dalam food grade dengan konsentrasi 85 persen umumnya digunakan dalam proses pemurnian
minyak sawit.
Asam
fosfat lebih
disukai
penggunaannya
oleh refiner minyak sawit di Malaysia karena biayanya yang lebih murah dan penanganannya lebih
mudah. Penambahan
asam fosfat sebelum netralisasi
ke dalam minyak yang mengandung fosfatida yang nonhydratable umum
dipraktekan untuk menjamin
bahwa semua
gum
telah hilang selama deasidifikasi. Hidrasi dilakukan untuk membuat fosfatida menjadi tidak larut dalam minyak. (Morad et al. 2006).
2.3 Fosfatida
Minyak dan
lemak yang telah dipisahkan dari jaringan
asalnya
mengandung sejumlah kecil komponen selain trigliserida yaitu fosfolipid atau fosfatida, sterol,
asam lemak bebas, lilin, pigmen yang larut dalam lemak
dan hidrokarbon (Ketaren 1986).
Kompleks
ester yang mengandung
fosfor,
basa nitrogen, gula-gula dan rantai panjang asam lemak disebut fosfolipid. Fosfolipid
dalam minyak banyak mengandung sejumlah fosfatida yaitu
lesitin dan cepalin.
Fosfatida-fosfatida dalam minyak merupakan ester
asam
lemak dengan lemak,
dimana pada saat yang sama juga membentuk
ester dengan asam fosfor. Asam fosfor juga membentuk ikatan dengan basa nitrogen atau gula dan kation-kation seperti magnesium, kalsium dan sodium (Patterson 1992)
Menurut Macrae et al., (1991) fosfolipid merupakan senyawa yang mengandung gliserol, sphingosin,
satu atau dua rantai hidrokarbon
dan fosfor.
Bila yang bertindak sebagai dasar adalah gliserol
maka disebut gliserofosfolipid, sedangkan bila sphingosin disebut sphingolipit Jenis fosfatida tergantung dari
sumber fosfatida tersebut. Fosfatida dalam minyak yang berasal dari tanaman terdiri dari
lesitin dan sefalin. Beberapa fosfatida utama adalah phosphatidylcholine (PC) atau yang sering disebut lesitin, phosphatidyletholamine (PE) dengan nama umum sefalin, Nacylphosphatidyethanoamine (NAPE), phosphatidyl serine (PS), phospha tidylinositol (PI), phosphatidic
acid (PA), phosphatidyl glycerol (PG), plas
mologen (PM), diphosphatidyl glycerol (DPG), lyso-phosphatidylcholine (LPC), lyso-phosphatidylethanolamine
(LPE) (Marcrae, et. al. 1991)
Lesitin mempunyai bagian yang larut dalam minyak dan bagian yang mengandung PO43+ (polar) yang
larut dalam air (Winarno
1988). Lesitin merupakan substansi
yang tidak berwarna,
jernih
seperti parafin. Apabila
ada panas atau
cahaya maka lesitin cepat berubah menjadi orange atau coklat gelap (Djatmiko dan Widjaja 1984). Lesitin banyak digunakan dalam produk pangan, farmasi, kosmetik dan pada
produk industri lainnya (Peterson dan Johnson 1978). Sefalin merupakan padatan yang tidak berwarna, tetapi seperti
halnya lesitin akancepat berubah menjadi gelap
sampai merah kecoklatan
bila terkena panas atau cahaya (Djatmiko dan Widjaja
1984)
Menurut Torrey (1983), fosfatida terdiri dari dua
golongan yaitu fosfatida
hydratable dan
fosfatida non
hydratable. Komponen terbesar
dari
fosfatida hydratable adalah lesitin sedangkan fosfatida non
hydratable terdiri dari sefalin, garam kalsium dan magnesium dari phosphatidic acid.
Fosfatida hydratable
dapat dengan mudah dihilangkan dari minyak dengan menggunakan air atau uap. Pemisahan
fosfatida
non hydratable
biasanya lebih sulit, membutuhkan perlakuan dengan asam
untuk mengubahnya menjadi bentuk yang hydratable. Fosfatida hydratable berbentuk lendir dengan berat jenis yang lebih besar dari minyak dan berwujud seperti jonjot (Brekke 1976).
2.4 Rendemen
Rendemen secara umum
didefinisikan sebagai persen jumlah yang dapat dimanfaatkan dari jumlah keseluruhan. Rendemen kelapa sawit menunjukkan berapa kandungan minyak sawit yang berada didalam
buah sawit atau TBS. Agar jumlah rendemen dalam
kelapa sawit tidak berkurang maka harus
dilakukan
kontol saat pemanena, distribusi dan pengolahan di pabrik.
Jumlah
rendemen dipengaruhi oleh tingkat kematangan buah kelapa sawit, proses
pengangkutan tandan buah segar ke pabrik pengolahan, lama waktu antara
pemanenan dan pengolahan serta cara pengolahan.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu
dan Tempat
Praktikum
ini dilakukan pada hasi Selasa, 17 Oktober 2017 di Laboratorium Teknologi Lemak
Minyak jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,
Universitas Jambi
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat
yang digunakan pada praktikum ini adalah hot
plate, batang pengaduk, sentrifius, elemeyer, gelas piala, gelas ukur dan
lain-lain.
Bahan-bahan
yang digunakan pada praktikum ini adalah CPO, asam fospat, air dan lain-lain.
3.3 Proserur kerja
Praktikum
ini dilakukan dengan cara: CPO dipanaskan hingga suhu 80oc, kemudian
ditambahkan asam fospat 85% sebanyak 0,15%, selanjutnya diaduk dengan kecepatan
56 rpm selama 15 menit, setelah itu disentrifugasi selam 2 menit dengan
kecepatan 4000 rpm. Kemudian, minyak dipisahkan dari endapannya, setelah
itu ditambahkan air panas bersuhu 8oc
diatas suhu CPO sebanyak 10% dari berat CPO, selanjutnya disentrifugasi selama
2 menit dengan kecepatan 4000 rpm. Selanjutnya minyak dipisahkan dari
endapannya dan disimpan
Diagram alir:

|
|


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel
1. Hasil degumming
|
Berat Awal
|
Berat Akhir
|
Rendemen
|
CPO
|
1060 gram
|
810 gram
|
76,4%
|
TBS
|
10.000 gram
|
810 gram
|
8,1%
|
Perhitungan rendemen:
1.
Rendemen CPO
Rendemen = berat awal /
berat akhir X 100%
=
810/1060X100%
= 76,4%
2.
Rendemen TBS
Rendemen = berat awal / berat akhir X 100%
=
810/10.000X100%
= 8,1%
4.2
pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan proses
pemurnian CPO yaitu proses degumming . menurut . Ketaren S. (1986.) Degumming merupakan proses yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran seperti logam-logam dan
getah atau lendir yang terdapat dalam minyak berupa phospatida, protein, karbohidrat dan resin tanpa mengurangi jumlah asam lemak
bebas dalam minyak.
Menurut
Yernisa (2013) degumming harus dilakukan sebagai tahap awal pemurnian minyak
sebelum netralisasi karena :1) Akan sulit memisahkan sabun dari minyak karena
adanya komponen fospatida, 2) Netralisasi pada minyak yang masih mengandung gum
menyebabkan rendemen dari minyak tersebut turun. 3) adanya hasil sampingan
berupa pospatida yang bermanfaat jika dilakukan degumming.
Degumming dilakukan dengan cara menambahkan asam fospat
ke dalam CPO bersuhu 80oc. Menurut Ketaren S. (1986.)
degumming dilakukan pada suhu 60oc, sedangkan menurut Naibaho (1998)
degumming dilakukan pada suhu 60-80oc. pemasan pada proses
degumming bertujuan untuk mempercepat
reaksi penggumpalan gum oleh asam fospat sehingga mudah dipisahkan. menurut Gunstone
(2004) salah satu cara untuk mempercepat suatu reaksi kimia
adalah dengan meningkatkan suhu reaksi karena ikatan kimia antar molekul akan
lebih mudah terputus saat suhu tinggi sehingga waktu reaksi lebih singkat.
Pada
proses degumming dilakukan penambahan asam fosfat. Menurut Deni (2009) asam
fosfat dapat digunakan pada proses
degumming karena layak untuk dimakan dan dapat mengikat logam berat asam
fospat sangat baik digunakan sebagai
degumming agent Jika penggunaan asam fospat terlalu tinggi dapat meningkatkan kadungan asam fospat pada minyak menjadi tinggi sehingga
tidak dapat dihilangkan pada proses
bleaching. Sedangkan jika
penggunaan asam fospat terlalu sedikit dapat mengakibatkan gum di dalam minyak
tidak terpisah secara maksimal sehingga mutu minyak menurun.
Pada
praktiku ini dilakukan penambahan asam fospat sebanyak 0,15% dari berat CPO.
Menurut Nanci
(1998) proses degumming dilakukan dengan penambahan asam fosfat
85% dengan jumlah asam fosfat 0,09 %(v/w).sedangkan menurut Yernisa (2013) penambahan asam fospat
pada proses degumming sebanyak sebanyak 0,05-0,1%
dari berat CPO.
Setelah dilakukan
penambahan asam posfat sehingga
terbentuk endapan berupa gumpalan gum dilakukan pemisahan dengan cara sentrifugasi
sehingga didapatkan gum dan minyak yang telah bersih dari gum. Sentrifugasi
dilakukan selama 2 menit dengan kecepatan 4000 rpm.
Setelah dilakukan
pemisahan dengan sentifugasi ditambahkan air panas bersuhu 8oc sebanyak 10% dari minyak. Penambahan air ini bertujuan
untuk melarutkan komponen polar yang terdapat dalam minyak. Penambahan air ini
akan membentuk lapisan dibawah minyak karena berat jenisnya yang lebih besar
daripada minyak. Untuk memisahkan air
dan minyak tersebut dapat dilakukan proses sentrifugasi dengan kecepatan 4000
rpm selama 2 menit. Setelah itu, minyak dipisahkan dari endapannya yang berupa
air dan semyawa senyawa polar yang terdapat dalam minyak.
Minyak yang di dapat
setelah proses degumming masih disebut
CPO karena masih terdapat banyak komponen pengotor dalam minyak. CPO ini dapat dijadikan sebagai acuan menghitung
rendemen.Rendemen secara umum
didefinisikan sebagai persen jumlah yang dapat dimanfaatkan dari jumlah keseluruhan. Rendemen kelapa sawit menunjukkan berapa kandungan minyak sawit yang berada didalam
buah sawit atau TBS .( Peterson.
1987.)
Penghitungan
rendemen dapat dilakukn dengan cara menghitung perbandingan jumlah CPOdengan
jumlah bahan baku (buah sawit segar) dikali 100%. Penghitungan rendemen
bertujuan untuk mengetahui mutu dari minyak yang dihasilkan oleh suatu
pabrikselain itu penghitungan rendemen juga berguna untuk menjadi acuan
produktivitas yang harus dilakukan suatu pabrik kelapa sawit.(Bonnie ,2006)
Pada
praktikum ini diperoleh rendemen sebanyak
8,1% dari TBS dan 74,6% dari jumlah minyak hasil pengepresan. Menurut
Basiron (2005) reedmen dari buah kelapa sawit berkisar antara 20-25%.
Seadangakan meurut Riyadi (2009) berkisar antara 18-26% .
Menurut Widarta (2008) rendahnya rendemen
disebabkan oleh tingkat kematangan buah yang tidak maksimal, lamanya penumpukan
buah sehingga minyak teroksidasi, alat yang kurang tepat sehingga minyak tidak
dapat diekstra secara maksimal tetapi tertinggal diampas, selain itu menurut
Elisabet (2009) rendahnya angka rendemen disebabkan oleh proses perebusan yang
kurang maksimalsehingga daging buah tidak lunak dengan maksimal
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan
degumming (pemisahan gum) merupakan
suatu proses pemisahan getah atau lendir yang terdiri dari fosfolipid, protein, residu, karbohidrat, air
dan resin.
Biasanya proses ini dilakukan
dengan cara dehidrasi
gum atau kotoran lain agar supaya bahan tersebut lebih mudah
terpisah dari minyak,
kemudian disusul dengan proses
pemusingan (sentrifusi).
Pada praktikum ini
diperoleh rendemen sebanyak 74,6 % dari CPO dasil pengepresan atau sebesar 8,1%
dari TBS. Rendahnya rendemen mungkin disebabkan karena banyaknya gum yang terbawa
kedalam minyak pada saat pengepresan
DAFTAR PUSTAKA
BasironY. 2005. Palm
Oil. Baileys Inaustrial Oil and Fat
Products: Ed ke 6 Volume ke-2 Edible Oil and Fat Products: Edible Oil. Hoboken.
JohnWtle~ & Sons, Inc.
Bonnie yp .& Gwedline ECL. 2006 Identification of lutem m
crudepalm oil and evaluationof
carotenoidsat variousripening stages of
the oil palm fruit. Oil Palm Res. 18:189-197
Brekke, O.L. 1976. Handbook of
Soy
Oil Processing and Utilization.
AOCS Champaign, Illinois.
Deni,
sumarna. 2006. Kajian proses degumming CPO ( Crude Palm Oil) dengan Membran
Ultrafiltrasi (tesis). Bogor. Institut Pertanian Bogor
ElisabethB. 2009.
Analytical characteristics of crude and
refined palm oil and
fractions. Eur J Lipid Sci
Technol l09:373-379.
Gunstone FD. 2002.
Vegetable Oils In Food Technology:
Composition, Properties and Uses. Paris. Black well Publishing.
Jatmika A, Guritno P,
Nuryanto E.
1996.
Ketahanan Simpan Minyak Sawit Merah. J Penelitian Kelapa Sawit.
4(3):147-161.
KetarenS. 2006. Minyak dan Lemak Pangan.Jakarta. Universitas
Indonesia Press. Macrae 1991. Palm oil carotenoid:
chemistry
and
technology.
Proc. Of
Int. Palm Oil Conf. PORIM, Kuala Lumpur.
Morad , Widyastuti YE, Satyawibawa I dan Hartono R. 2006. Kelapa Sawit Budi Daya,
Pemanfaatan
Hasil dan Limbah,
Analisis
Usaha dan Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya.
Naibaho, P.M dan B. Taniputra. 1986. Penanganan Pasca Panenyee Tandan
sebagai Bahan Olahan Pabrik Kelapa Sawit. Buletin Perkebunan Vol. 17, No. 2, Juni 1986. Medan.
Nurmayanti. 2013. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit dan Produk Turunannya. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
Serlahwati
g. 2007. Vegetable Oils In Food Technology: Composition, Properties and Uses. Paris. Blackwell Publishing.
Widarta IWR.
2008. Kendali proses pemurnian minyak
sawit merah skala pilot plant [Thesis].
Bogor: Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Yernisa. 2013. Materi
Kuliah Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Jambi. Universitas Jambi
LAMPIRAN
|
|
|



|
|
|



|
|
|



|
|
|



Tidak ada komentar:
Posting Komentar