Aku tak bisa menulis
Setelah jauh waktu pergi aku menatapnya lagi dengan sudut mata lirih. Ia memandang ku dengan mata tergenang dan tatapan nanar karna bias air mata. Perlahan ia berucap "Datanglah, ambil aku dan tulis semua yang kau rasa!" Aku tak menjawab walaupun dengan mimik. Tapi aku membatin. Otakku teriak. Aku mulai bicara pada akalku. Bagaimana mungkin aku tulis semua sedangkan tintaku habis? Penaku tak lagi ada dayanya. Pensilku tumpul dan nyaris kehilangan orangnya. Bagaimana mungkin aku menulis lagi? Tanganku kaku, ia lelah menari. Tanganku hampir patah dan nyaris tak bisa lurus. Bagaimana aku menulis? Aku teriak. Aku teriak tapi suaraku tak terdengar. Aku meronta namun bibirku saja tak berginik. Aku benci melihatnya memohon. Aku mencaci diriku sendiri. Berulang kali ku tanya hati "Adakah yang bisa aku tulis?" Hatiku diam dan membeku layaknya waktu diujung malam. Aku tau dia Kecewa. Dia kecewa padaku yang tak mendengarkannya. Dia benci padaku yang selalu mendengarkan logika aku merajuk. Ku tinggalkan hatiku. Aku pergi pada logikaku. Ku tanya dia dengan lantang "Haruskah aku menulis?" Dengan gagah logika berbisik padaku "Tidak, itu hanya membuang waktu dan kesempatanmu" Akh tak bisa apa apa dibawah kendali logika.. Aku hanya bisa diam dan membiarkan semua berlalu meski hatiku semakin membatin dan beku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar