Kamis, 23 Maret 2017

laporan praktikum pembuatan tepung pisang dengan pengeringan



PEMBUATAN TEPUNG PISANG DENGAN METODE PENGERINGAN
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan tepung pisang dengan metode pengeringan.
Landasan Teori
            Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di AsiaTenggara (termasuk Indonesia). Pisang mengandung polifenol oleh karena itu mudah mengalami reaksi pencokelatan apabila kontak dengan udara.
Tepung adalah partikel padat yang berbentuk butiran halus atau sangat halus tergantung pemakaiannya. Biasanya tepung di gunakan untuk keperluan penelitian, rumah tangga dan bahan baku industri. Tepung biasa berasal dari bahan nabati misal tepung terigu dari gandum, tapioka dari singkong, maizena dari jagung atau hewani misal tepung tulang atau tepung ikan. Bahan tambahannya dari ikan yang di keringkan lalu di tumbuk. Setiap jenis tepung dapat di bedakan dari warna, aroma, kehalusan dan bentuk granula patinya. Jenis-jenis tepung antara lain= tepung terigu, tepung maizena, tepung beras, tepung ketan,tepung tapioka, tepung sagu dan tepung panir. Tepung juga mempunyai sifat gluten, dimana yang dimaksud dengan gluten yaitu suatu senyawa protein yang terdapat pada tepung terigu yang bersifat kenyal dan elastis yang di perlukan dalam pembuatan roti agar dapat mengembang dengan sempurna. Umumnya kandungan gluten menentukan kadar protein tepung terigu. Semakin tinggi kandungan glutennya, semakin tinggi kadar protein tepung terigu.gluten juga mempunyai sifat menyerap air, elastis dan plastis. (winarno.2000)
Tepung pisang adalah salah satu cara pengawetan pisang dalam bentuk olahan.Cara membuatnya mudah, sehingga dapat diterapkan di daerah perkotaan maupun pedesaan. Pada dasamya, semua jenis pisang dapat diolah menjadi tepung pisang, asal tingkat ketuaanya cukup. Tetapi, sifat tepung pisang yang dihasilkan tidak sama untuk masing-masing jenis pisang. Pisang.yang paling baik menghasilkan tepung pisang adalah pisang kepok. Tepung pisang yang dihasilkannya mempunyai wama yang lebih putih dibandingkan dengan yang dibuat dari pisang jenis lain. Kelemahannya adalah aroma pisangnya kurang kuat.(widowati.2003)
Tepung pisang mempunyai rasa dan bau yang khas sehingga dapat digunakanpada pengolahan berbagai jenis makanan yang mengggunakan tepung (tepungberas, terigu) di daiamnya. Dalam hal ini, tepung pisang menggantikan sebagian atau seluruh tepung lainnya. Dalam industri tepung pisang, banyak digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan puding, makanan bayi, roti (terutama di Ekuador) dan lain-Iain(Widowati, 2001).
Pengeringan merupakan proses penghilangan sejumlah air dari material. Dalam pengeringan, air dihilangkan dengan prinsip perbedaan kelembaban antara udara pengering dengan bahan makanan yang dikeringkan. Material biasanya dikontakkan dengan udara kering yang kemudian terjadi perpindahan massa air dari material ke udara pengering (widowati.2003).
Mekanisme pengendalian proses pengeringan bahan pangan bergantung pada struktur bahan beserta parameter pengeringan: kadar air, dimensi produk, suhu medium pemanas, berbagai laju perpindahan pada permukaan dan kesetimbangan kadar air. Kesetimbangan kadar air ini bergantung kepada sifat alami bahan padat yang dikeringkan dan kondisi udara pengering. Operasi ini mengikuti hukum difusi II Fick’s law . Kemampuan udara pengering memindahkan air dari produk yang dikeringkan bergantung kepada suhu dan jumlah uap air yang berada atau dikandung oleh udara tersebut atau dikenal dengan istilah kelembaban mutlak udara ( absolute humidity ). (susanto.1994)
Menurut cunningham (1982) pengeringan bahan pangan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu penjemuran, pengeringan buatan menggunakan alat pengering dan pengeringan secara pembekuan
1. Penjemuran
Penjemuran adalah pengeringan dengan menggunakan sinar matahari secara langsung sebagai energi panas. Penjemuran memerlukan tempat pengeringan yang luas, waktu pengeringan yang lama dan waktu pengeringan bahan yang dikeringkan tergantung cuaca.
2. Pengeringan buatan
Pengeringan buatan adalah pengeringan menggunakan alat pengering. Suhu kelembaban udara, kecepatan pengaliran udara dan waktu pengeringan dapat diatur dan diawasi.
3. Pengeringan secara pembekuan ( freeze drying )
Pengeringan ini menerapkan prinsip tekanan dan suhu. Metode ini membutuhkan tekanan dan suhu yang sangat rendah. Untuk menurunkan tekanan maka bahan dimasukkan kedalam ruang vakum sebelum dimasukkan kedalam freezer untuk menurunkan suhu. Hasil pengeringan dengan metode ini sangat menarik, karena citarasa bahan pangan tidak berubah sama sekali hanya tekstur yang berubah menjadi renyah.
Bahan pangan yang dikeringkan pada umumnya berubah warnanya menjadi coklat. Perubahan warna tersebut disebabkan reaksi browning, baik enzimatik maupun non-enzimatik. Reaksi browning non-enzimatik yang paling sering terjadi adalah reaksi antara asam amino dan gula reduksi. Reaksi asam asam amino dengan gula pereduksi dapat menurunkan nilai gizi protein yang terkandung di dalamnya. (Winarno. 2000).
Hal itu berbanding lurus dengan tujuan pengeringan untuk memperpanjang umur simpan produk melalui pengurangan water activity. Pengurangan ini dilakukan dengan cara menghambat pertumbuhan mikroba dan aktivitas enzim, tanpa harus menginaktifkannya. Di sisi lain, pengeringan menyebabkan sifat asli bahan mengalami perubahan, penurunan mutu dan memerlukan penanganan tambahan sebelum digunakan yaitu rehidrasi (susanto.1994).
            Buah pisang kepok memiliki kandungan karbohidrat yang sangat tinggi. Kadar kabohidrat dalam pisang kepok memang jauh lebih besar dibanding buah-buahan segar lainnya. Bila dihitung-hitung, kandungan gula dalam pisang kepok kira-kira dua kali lipat dibanding buah pir dan apel, dan tiga kali lipat dibanding buah jeruk. Karbohidrat pisang merupakan karbohidrat kompleks tingkat sedang dan tersedia secara bertahap, sehingga dapat menyediakan energi dalam waktu tidak terlalu cepat. Secara umum, kandungan nutrisi pisang kepok yaitu air sebesar 70%, karbohidrat 27-30%, protein 1%, dan lemak sekitar 0,2-0,3%. (cunningham.1982)


Alat dan Bahan
            Alat
            Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah oven, pisau, loyang, blender, saringan, panci, kompor, tisu, serbet dan alat-alat lain yang diperlukan.
            Bahan
            Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah pisang dan air.
Prosedur Kerja
1.      Pisang diblanching
2.      Pisang dikupas kemudian ditimbang kurang lebih 500gram
3.      Pisang diiris tipis dan disusun diatas loyang
4.      Dioven kuranglebuh 8jam dengan suhu 60◦c
5.      Pisang yang sudah kering diblender dn diayak untuk mendapatkan tepung pisang.
Hasil dan Pembahasan
            Hasil
Tabel hasil praktikum
Karakteristik
Sebelum Dioven
Sesudah Dioven
Berat
500 gram
-
Warna
Kuning
Hitam
Aroma
Aroma khas pisang
Hangus

            Pembahasan
            Pada praktikum ini dilakukan blanching padapisang bertujuan untuk menginaktifkan enzim yang menimbulkanreaksi browning (pencoklatan) yang dapat merusak warna pada tepung pisang. Dan dilakukan pengirisan bertujuan untuk memperluas permukaan bahan sehingga bahan dapat kering lebih cepat saat dioven.
Pada praktikum ini tidak didapatkan hasil yang diinginkankarena proses pengovenan yang terlalu lama sehingga pisang menjadi hangus dan tidak dapat dijadikan tepung. Selain proses pengovenan yang terlalu lama pisang yang digunakan juga terlalu matang sehingga gula dalam pisang membentuk karamel saat dioven. Saat gula membentuk karamel pori-pori pisang tertutup sehinggaair yang terdapat dalam pisang tidak dapat menguap.
Pada pratikum pembuatan tepung pisang dengan metode pengeringan pisang yang digunakan pisang yang sudah tua bukan pisang yang matang karena saat pisang masih dalam keadaan tua atau belum matang gula dalam pisang masih dalam bentuk pati sehingga saat dipanaskan tidak membentuk karamel. Selain itu hal ini uga bertujuan untuk memudahkan saat pengirisan pisang sebelum dioven.


Kesimpulan
            Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa praktikum ini gagal karena pengovenan yang terlalu lama sehingga pisang menjadi hangus dan pisang yang digunakan juga sudah terlalu matang sehingga membentuk karamel yang menyebabkan pisang tidak dapat kering dengan baik.

Daftar Pustaka
Cunningham, FE.1994. Paractical Application of Food Dehidration: 4 review j. food protec 45(5): 479-483
Susanto, Tri, Saneto.B. 1994. Teknoligi Pengolahan Hasil Pertanian. Surabaya. Bina Ilmu
Widowati, S.2003. Prospek Tepung Pisang Untuk Berbagai Produk Makanan Olahan Dalam Upaya Menunjang Depersivikasi Pangan . Program Pasca Sarjana. IPB
Winaro.F.G 2000. Potensi Dan Peranan Tepung-Tepungan Bagiindustri Pangan Dan Program Perbaikan Gizi. Makalah Pada Seminar Nasional Interaktif: Penganeka Ragaman Pangan Untuk Memantapkan Ketersediaan Pangan